Masyarakat Kabupaten Banyumas
sangat mengenal Pendopo Si Panji, Pendopo Kabupaten Banyumas yang sampai sekarang
masih kokoh berdiri megah di kota Purwokerto dan menjadi Pusat Pemerintahan
Kabupaten Banyumas. Pendopo Si Panji merupakan bangunan Pendopo yang terletak
di Jl Kabupaten No. 1, Alun-alun Utara, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
Pendopo Si Panji dibangun pada tahun
1706 oleh Tumenggung Yudanegara II, Bupati Banyumas ke-7 (1707 – 1743), setelah
memindahkan pusat pemerintahan dari Kejawar ke Banyumas. Nama Si Panji untuk
mengenang puteranya, Panji Gandasubrata (Bagus Kunthing), yang tinggal sejak
kecil di Keraton Kartasura bersama neneknya, Raden Ayu Bendara. DAFTAR URUTAN BUPATI BANYUMAS dapat dilihat di sini
Hingga saat ini Pendopo Si Panji
masih dikeramatkan, khususnya pada
salah satu tiang sebelah barat yaitu soko guru (tengah) yang dari dulu selalu diberi sesaji agar semua kegiatan yang belangsung di Pendopo Si Panji dapat berjalan lancar tanpa ada gangguan. Namun berjalannya waktu ketika kepemimpinan Drs. H. Mardjoko, M. M. (2008 – 2013) sesaji sudah tidak pernah kelihatan di pendopo (mungkin dihilangkan atau mungkin dipindahkan).
salah satu tiang sebelah barat yaitu soko guru (tengah) yang dari dulu selalu diberi sesaji agar semua kegiatan yang belangsung di Pendopo Si Panji dapat berjalan lancar tanpa ada gangguan. Namun berjalannya waktu ketika kepemimpinan Drs. H. Mardjoko, M. M. (2008 – 2013) sesaji sudah tidak pernah kelihatan di pendopo (mungkin dihilangkan atau mungkin dipindahkan).
Sesepuh Banyumas banyak yang
menceritakan bahwa kisah-kisah misteri sering terdengar dari Pendopo Si Panji yang
diboyong dari kota Banyumas ke Purwokerto dengan memutar ke Pantura, tidak
melewati (nglangkahi) Sungai Serayu.
Dalam sejarahnya, Pendopo Si
Panji sering memunculkan keanehan dan cerita mistis, misalnya pada tanggal
21-23 Februari 1861, kota Banyumas pernah dilanda banjir bandang / Blabur
Banyumas, karena meluapnya Sungai Serayu. Puluhan pengunsi berusaha
menyelamatkan diri dengan naik ke atas (atap) Pendopo Si Panji. Setelah air bah
surut, ternyata Pendopo Si Panji tidak mengalami kerusakan atau perubahan
sedikitpun pada keempat tiangnya (saka guru). Posisi Pendopo juga tidak
bergeser sedikitpun padahal bangunan disekitarnya roboh karena diterjang banjir
setinggi lebih dari 3,5 meter.
Misteri lain, ketika Pendopo
akan dibangun, semua sesepuh dan tokoh masyarakat Banyumas supaya menyumbangkan
calon saka guru Pendopo maupun bahan bangunan yang lain. Semua tokoh masyarakat
telah memenuhi permintaan sang Adipati, kecuali Ki Ageng Somawangi, sehinga ia
dipangil untuk menghadap Adipati Yudonegoro II untuk dimintai keterangannya. Ki
Ageng Somawangi menghadap memenuhi panggilan sang Adipati. Untuk menebus
kesalahannya, pada saat itu pula ia langsung menyerahkan saka guru Pendopo yang
ia ciptakan dari “tatal” dan pontongan-potongan kayun yang berserakan disekitar
komplek pembangunan itu. Hal itu tidak disambut baik oleh sang Adipati, bahkan
diangap suatu perbuatan yang “pamer kadigdayan”. Akibatnya ia malah dituduh
akan “menjongkeng kawibawan” (mengambil alih kekuasaan) Sang Adipati. Atas
tuduhan yang kurang adil itu, Ki Ageng Somawangi marah, segera meningalkan
Kadipaten tanpa pamit. Sang Adipati sangat tersingung dan menyuruh prajuritnya
untuk menangkap Ki Ageng Somawangi yang dianggap “ngungkak krama” (membangkang)
itu. Namun karena kesaktiannya, ia dapat lolos dari upaya penangkapan. Konon
tongkat saktinya ditancapkan di suatu tempat dan berubah wujud menyerupai Ki
Ageng Somawangi. Sontak para prajurit menganiaya Ki Ageng Tiruan. Ki Ageng
Somawangi melanjutakan pelarian menyimpang dari jalan raya, menerobos melalui
jalan setapak menuju padepokannya yang sekarang dikenal dengan Desa Somawangi
Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Desa dimana Ki geng Somawangi
menerobos untuk menghindari kejaran Prajurit Banyumas, kemudian diberi nama
“Panerusan”. Dengan demikian diketahui bahwa ada saat awal pembangunan Pendopo
Si Panji sempat menimbulkan ontran-ontran tokoh Banyumas itu. Masyarakat
Banyumas mempercayai bahwasanya salah satu tiang utama (saka guru)Pendopo Si
Panji yang dikeramatkan, berasal dari hutan belantara di hulu Sungai Serayu. Dari
cerita yang berkembang, kayu yang telah digunakan sebagai tiang itu ingin
kembali lagi ke hutan yang sangat angker itu. Sampai saat ini saka guru yang
masih kokoh itu katanya ada penunggunya berupa sosok ular dan seorang kakek
berjenggot panjang.
Setelah ada penggabungan
Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Purwokerto tahun 1936 atau prakarsa Adipati
Arya Sudjiman Gandasubrata (Bupati Banyumas XX), pada Bulan Janauari 1937
Pendopo Si Panji dipindahkan dari Banyumas ke Purwokerto. Berdasarkan suara
gaib dan petunjuk dari para sesepuh Banyumas dan untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan, maka pemindahan Pendopo Si Panji yang keramat itu tidak
melewati Sungai Serayu, tetapi melewati pantai utara Jawa (Pantura), Semarang
ke Barat, Tegal, Bumiayu, Ajibarang, kemudian sampai ke Purwokerto.
Beberapa hal yang menjadikan
Pendopo Si Panji dipindah ke Purwokerto yaitu ada sasmita bahwa kelak kota
Purwokerto akan maju pesat dan menjadi kota perdagangan dan pusat pemerintahan.
Pemindahan pendopo sebagai simbol pengakuan betapa kota Banyumas sulit
bekembang, karena tidak ada jalur kereta api, lahan kota sempit, dan akses ke
luar tidak berkembang. Maka saat itu pun kota Banyumas sepi dan sulit
berkembang. Hal ini membuktikan apa yang diperkirakan oleh Bupati Sudjiman
Gandasubrata itu benar.
Dari rangkaian sejarah, ternyata
sejak pembangunannya sudah ada aura mistis dan pertentangan tokoh, pernah
menjadi pengungsian puluhan penduduk yang naik ke atas pendopo dan tidak ada
kerusakan saat banjir bandang. Perjalanan sejarah selanjutnya pendopo yang
keramat ini tidak mau melewati Sungai Serayu dan di arak lewat Semarang
(Pantura) hingga ke kota Purwokerto. Suatu hal aneh dan menjadikan penasaran yang
sampai saat ini belum terkuak adalah alasan mengapa pemindahanyya tidak boleh
melewati Sungai Serayu, tetapi harus melewati ratusan kilometer memutar Jawa
Tengah. Jawabanya, mungkin suatu saat akan terkuak oleh para ahli sejarah agar
dapat menghilangkan rasa penasaran masyarakt Banyumas.
Ingin bisa Pidato dengan Suara Lantang? Klik di Sini
Ingin bisa Pidato dengan Suara Lantang? Klik di Sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar